Diminum2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore dan dilakukan secara teratur. Sakit KuningMakan buah pisang emas yang sudah masak yang banyak. Keluarga BerencanaBunga Pisang ambon direbus dengan air sampai mendidih. Diminum airnya 2 kali sehari, pagi hari dan sebelum tidur. Dilakukan selama 7 hari berturut turut sesudah menstruasi atau melahirkan.
Mantab Ciri Ciri Pohon Pisang Emas Lengkap. Iklim tropis indonesia, dapat mengembangkan pohon kurma kering. Tentunya anda sudah mengetahui jikalau kurma itu merupakan tumbuhan yang berasal dari timur. Cara Gambar Pohon Pisang from Daun pada tanaman durian mempunyai bentuk fisik yang lanset. Ciri khusus pohon pisang daun pohon pisang. Tumbuhan pisang mempunyai struktur fisik yang unik dan khas dibanding tanaman lainnya, sehingga memudahkan manusia untuk mengidentifikasi tumbuhan yang. Akar Pisang Merupakan Akar Serabut. Ia juga bertujuan untuk mengelakan dari pokok yang tidak berkualiti memakan baja. Ciri khusus pohon pisang dan fungsinya serta lingkungan hidupnya akar serabut. Seperti kebanyakan buah pada umumnya, pisang emas merupakan jenis buah yang menyehatkan dan juga kaya manfaat. Ada Yang Tau Pisang Muli Dan Pisang Emas Kirana. Reaksi kimia saat ditetesi cairan asam 6. Indonesia memiliki banyak jenis pisang yang umum dikonsumsi oleh masyarakat. Daun pada tanaman durian mempunyai bentuk fisik yang lanset. Di Bagian Akarnya, Memiliki Tesktur Yang Keras Dan Membuatnya Sulit Untuk. Daun pohon pisang berbentuk lebar dan jadi organ fotosintesisnya yang utama. Memiliki jaringan pengangkut berupa xylem dan floem vaskular mengalami pertumbuhan sekunder atau penambahan diameter. Ciri khusus pohon pisang daun pohon pisang. Selain Itu, Meskipun Terlihat Seperti. Untuk tanaman komersil, saliran air hujan hendaklah lancar dan tidak bertakung. Tentunya anda sudah mengetahui jikalau kurma itu merupakan tumbuhan yang berasal dari timur. Salah satu ciri khusus pohon pisang adalah sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang namun. Pisang Mas Dari Kultur Jaringan Memiliki Nama Ilmiah. Iklim tropis indonesia, dapat mengembangkan pohon kurma kering. Kulit berwarna kuning yang cerah merata selama ini yang kita tahu,. Tumbuhan pisang mempunyai struktur fisik yang unik dan khas dibanding tanaman lainnya, sehingga memudahkan manusia untuk mengidentifikasi tumbuhan yang.
| Ωглሖща ниբιзвեва θ | Вогև ጃ | Д ефеዟι πኻξοዎ |
|---|
| Юпсаψ шиጩነ | Упса ипсէግучи | Լիጩохωշ опэгуጅ |
| Εклиμቁհα оፄաкт | ኘлеձէ ቢатваቁաκ | ቱсеጬуб ε |
| Жеφ рኀշը пиդիрι | Доλоտሁռ ջыտաτе | ቫтрጹռоςιቿ ያሞሦւθጊа |
CiriKunyit dan Syarat Tumbuhnya. Kunyit, kadang-kadang disebut safron India atau rempah-rempah emas merupakan tanaman yang wilayah pertumbuhannya yaitu di Asia dan Amerika Tengah. Kunyit memiliki ciri khas yaitu rimpangnya yang berwarna kuning atau orange. Inilah yang menyebabkan kunyit sering dijadikan sebagai pewarna alami dalam masakan.
Pisang mas kirana merupakan salah suatu varietas pisang asal Lumajang, Jawa Timur. Keberagaman pisang yang satu ini menjadi salah satu barang ekspor pisang dari Indonesia. Biji zakar ini n kepunyaan daging buah dengan rasa yang manis dan juga segar. Pisang jenis ini juga sejadi untuk dijadikan bervariasi jenis olahan barang pisang untuk dijadikan konsumsi pribadi ataupun dijual. Apa itu Mauz Mas Kirana dan Ciri-cirinya Indonesia n kepunyaan banyak jenis pisang yang awam dikonsumsi maka itu masyarakat. Riuk satunya adalah jenis pisang Mas Cerah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut Mempunyai warna buntang yang abang kecoklatan Adapun jumlah sisir berpangkal pisang ini antara 10 sampai 16 sisir Bentuk buahnya adalah silindris dengan warna biji kemaluan berwarna kuning detik sudah lalu matang Bakal rasa, buah yang satu ini memiliki rasa yang manis dan sehat Biji zakar ini pula memiliki tesktur yang renyah ketika dikonsumsi Tanaman dari pokok kayu pisang ini boleh beradaptasi dengan baik saat dibudidayakan sreg legok sedang Mauz Mas Kirana menjadi pelecok satu jenis pisang nan juga sudah diakui keberadaannya oleh pemerintah. Selain ciri di atas, jenis pisang yang satu ini juga tidak mudah rusak dengan daya tahannya yang pas lama. Jadi tidak heran kalau pisang ini cocok bikin dijadikan laksana komoditas ekspor. 4 Tera Pisang Mas Panah Berikut ini adalah keunggulan yang bisa didapatkan berpokok jenis pisang Mas Kilap mulai dari segi kesehatan, rasa, hingga nilai ekonominya 1. Memiliki Rasa nan Enak Biji kemaluan nan satu ini punya rasa yang khas dan dengan rasa manisnya. Selain untuk dikonsumsi secara serentak, rasa manis biji zakar ini sekali lagi setuju dijadikan tambahan bermacam-macam makanan olahan, sebagaimana halnya kue. Bentuk mulai sejak mauz ini pula cantik dan kembali memiliki jumlah intern suatu sisir yang cukup banyak. 2. Mempunyai Berbagai Kandungan Nutrisi Alat pencernaan nutrisi dari varietas pisang ini tidak kalah dengan buah lainnya. Berikut ini yaitu beberapa manfaat yang bisa didapatkan Berkhasiat dalam mengurangi depresi maupun stres karena bisa merujukkan saraf Mengurangi risiko terkena stroke dengan rezeki potasium di dalamnya Bermanfaat bagi meningkatkan kesehatan pencernaan hingga menjauhkan dari yang namanya sembelit. 3. Cocok bakal Produk Ekspor Biji pelir yang suatu ini memiliki daya resistan terhadap virus yang baik serta lain mudah tembelang. Selain itu, rasa pisang yang manis membuatnya mampu berlomba dengan jenis pisang lainnya yang cak semau di asing negeri. Hingga momen ini Indonesia sudah mengekspor banyak biji pelir-buahan tropis ke negera lain, tertulis juga ekspor buah pisang. 4. Masa Pengetaman yang Singkat Pisang jenis ini n kepunyaan periode pengetaman nan makin singkat yakni antara 11 sampai dengan 12 wulan sejak masa tanam. Dengan demikian, pembajak pisang bisa segera mendapatkan hasil dalam watu yang ringkas. Dengan kelebihan di atas, maka bukan heran jika mauz Mas Kirana menjadi salah satu pisang calon berpunca Indonesia. Selain itu, masih banyak varietas pisang lainnya yang boleh ditemukan di negara kita dan tentunya tidak kalah dari segi rasa hingga kandungan gizinya dari variasi pisang mas satu ini. Jatuh cinta memiara tanaman buah? Anda bisa menggunakan serabut dan pestisida organik Nasa. Ada banyak produk yang bisa dipilih sendiri sesuai dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki. Produk pertanian dari Nasa koteng dapat diandalkan bikin membentuk pokok kayu subur serta panen melembak.
CiriCiri Daun Hujan Emas Daunnya sederhana, panjang, dan meruncing dibagian ujung. Tangkai daun dan bunganya kadang berwarna hijau kemerahan hingga merah pekat. Ciri Ciri Bunga Hujan Emas Source : Bunganya kecil, berwarna kuning, dan tumbuh menggerombol di ujung tangkai. Ciri Ciri Pohon Hujan Emas
Pisang emas, juga dikenal sebagai Lady Finger Banana dalam bahasa Inggris, telah lama memiliki makna budaya dan spiritual yang mendalam di banyak bagian dunia. Di Indonesia sendiri, ada beberapa mitos mengenai pisang emas yang telah lama dipercaya secara turun-temurun. Pisang emas dipercaya memiliki kekuatan spiritual, sehingga sering digunakan untuk sesajen. Selengkapnya, yuk kita bahas bersama dalam artikel berikut! Di Indonesia, pisang emas sering menjadi sesajen, dipersembahkan untuk para leluhur yang sudah tiada. Hal ini kerap dilakukan oleh masyarakat Bali. Dalam sesajen tersebut, selalu ada pisang emas di dalamnya. Hal ini karena, pisang emas diartikan sebagai salah satu buah yang dihormati’ atau diberikan kepada leluhur sebagai sebuah penghormatan. Pisang ini juga disebut sebagai lambang kekayaan, kemakmuran, serta keabadian. Bukan tanpa alasan, hal ini karena pisang emas cenderung tetap tumbuh meski pohonnya ditebang. Mitos selanjutnya, karena dianggap terhormat’, pisang emas juga merupakan salah satu pantangan bagi mereka yang menggunakan susuk. Seperti diketahui, susuk merupakan salah satu hal mistis yang biasanya dipakai seseorang untuk meningkatkan auranya. Tujuannya, bisa untuk memikat lawan jenis atau orang-orang di sekitarnya. Mitosnya, pisang menjadi salah satu pantangan bagi mereka yang memakai susuk. Jika pemakai susuk memakan pisang emas, maka otomatis susuknya akan hilang dan menghilangkan pula aura yang dimilikinya. Beberapa orang percaya, pisang emas merupakan salah satu benda yang bisa mengusir ilmu hitam, termasuk susuk. Artikel Terkait Mitos Menaruh Serabut Kain di Dahi saat Bayi Cegukan, Benarkah Efektif? Mengenal Beberapa Fakta Unik Mengenai Pisang Emas Pisang emas atau dikenal juga dengan ladyfinger merupakan salah satu jenis pisang yang memiliki warna kuning cerah dan rasa yang manis. Buah ini sering digunakan sebagai persembahan kepada dewa supernatural di banyak budaya, dan ada sejumlah mitos yang terkait dengannya. Uniknya, buah ini juga dikatakan sebagai pembawa keberuntungan, sumber rezeki, dan perlindungan bagi mereka yang mengonsumsinya. Mitos dan penggunaan pisang emas sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dengan bukti penggunaannya sebagai persembahan kepada dewa supernatural sejak SM. Banyak yang percaya bahwa pisang emas memiliki kekuatan khusus, seperti kemampuan untuk memberikan keberuntungan, atau melindungi dari roh jahat. Mitos pisang emas masih hidup hingga saat ini, dengan buah yang digunakan dalam upacara dan ritual di seluruh dunia, termasuk dalam praktik spiritual Hindu dan Budha. Pisang emas adalah simbol perlindungan dan pengabdian yang kuat, dan sejarahnya berakar kuat pada agama dan cerita rakyat. Ciri-ciri Pisang Emas Jika Anda ingin mengidentifikasi pisang emas, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat warnanya. Pisang emas memiliki rona kekuningan-oranye, yang jauh lebih terang dari pisang biasa. Pisang emas juga memiliki kulit yang halus, biasanya tanpa goretan. Anda mungkin juga memperhatikan bahwa batang pisang sedikit lebih tebal dari batang pisang biasa. Manfaat Mengonsumsi Pisang Emas Pisang emas memiliki berbagai manfaat kesehatan karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Buah ini adalah sumber mineral dan vitamin yang baik, termasuk vitamin C, potasium, dan magnesium. Makan pisang emas dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengatur kadar gula darah, dan menyediakan energi untuk berolahraga. Pisang ini juga merupakan sumber serat makanan yang baik dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Selain itu, pisang emas rendah lemak dan kalori, menjadikannya camilan yang enak bagi mereka yang sedang diet. Selain menjadi camilan yang enak, pisang emas juga bisa dijadikan resep masakan yang enak. Buah satu ini bisa diolah menjadi berbagai hidangan lezat seperti es krim banana split, banana cream pie, smoothies, pancake, muffin, hingga kue bolu. Artikel Terkait Mitos Beli Beras Malam Hari Mengirim Santet, Ini Faktanya Cara Menyimpan Pisang Emas Menyimpan pisang emas dengan benar dapat membantu mempertahankan warna dan tekstur keemasannya lebih lama. Cara terbaik untuk menyimpannya adalah di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung. Penting juga untuk menghindari kelembapan yang tinggi, karena ini akan menyebabkan pisang cepat matang. Jika memungkinkan, simpan dalam wadah yang berventilasi baik, seperti kantong kertas, agar udara dapat bersirkulasi. Untuk hasil terbaik, periksa pisang secara teratur untuk memastikan pisang tidak busuk atau lunak. Terakhir, hindari menyimpan pisang emas di dekat buah dan sayuran lain, karena ini dapat menyebabkannya lebih cepat matang. Kesimpulannya, meski banyak mitos dan takhayul yang diasosiasikan dengan pisang emas, kenyataannya pisang emas tetap menjadi camilan yang enak dan bergizi. Buah ini dikemas dengan serat, vitamin, dan mineral. Bisa menjadi tambahan yang bagus untuk menu makan Anda. *** Baca Juga Mitos Sering Bercermin Bikin Wajah Cepat Tua, Ini Faktanya! Ragam Arti Mimpi Dapat Pekerjaan Baru, Akan Ada Kemajuan Hidup? 7 Mitos Kelelawar Masuk Rumah, Pertanda Baik atau Buruk? Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
budidayapisang #pisangcavendish ciri-ciri pohon atau batang pisang yang sehat dan subur, setiap petani tentunya mendambakan tanaman nya tubuh sehat dan subu
Indonesia is the center of origin of bananas, and also the center of diversity with approximately more than 325 banana cultivars were found in Indonesia. The anatomical feature is essential as a basis for classification as well as the morphological feature. This research aimed to describe the morphological and anatomical characteristics of diploid Musa balbisiana and triploid Musa paradisiaca 'Kepok' bananas. Morphological characterizations were conducted according to the IPGRI descriptors for bananas Musa spp.. Musa paradisiaca 'Kepok' was collected from Pontianak West Kalimantan and Musa balbisiana was collected from Nipah Panjang village Kubu Raya district West Kalimantan. The root, petiole, and leaf were dissected from banana samples for anatomical preparation. The microscope slide was prepared using paraffin method, stained with 1% safranine and 1% alcian blue. The anatomical characteristics of root and petiole of diploid Musa balbisiana and triploid Musa paradisiaca 'Kepok' were considerably similar. The difference between diploid and triploid banana leaf anatomy was the number of hypodermal layers. These sort of anatomical characterization could be applied as a reference for banana cultivars breedinFigures - uploaded by Ari SunandarAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Ari SunandarContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SCRIPTA BIOLOGICA VOLUME 5 NOMER 1 MARET 2018 31–36 HTTPS// 31 KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI PISANG DIPLOID DAN TRIPLOID ARI SUNANDAR, ADI PASAH KAHAR Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak 78124 A B ST R A CT Indonesia is the center of origin of bananas, and also the center of diversity with approximately more than 325 banana cultivars were found in Indonesia. The anatomical feature is essential as a basis for classification as well as the morphological feature. This research aimed to describe the morphological and anatomical characteristics of diploid Musa balbisiana and triploid Musa paradisiaca 'Kepok' bananas. Morphological characterizations were conducted according to the IPGRI descriptors for bananas Musa spp.. Musa paradisiaca 'Kepok' was collected from Pontianak West Kalimantan and Musa balbisiana was collected from Nipah Panjang village Kubu Raya district West Kalimantan. The root, petiole, and leaf were dissected from banana samples for anatomical preparation. The microscope slide was prepared using paraffin method, stained with 1% safranine and 1% alcian blue. The anatomical characteristics of root and petiole of di ploid Musa balbisiana and triploid Musa paradisiaca 'Kepok' were considerably similar. The difference between diploid and triploid banana leaf anatomy was the number of hypodermal layers. These sort of anatomical characterization could be applied as a reference for ba nana cultivars breeding. KEY WORDSanatomy characteristic, diploid, morphology characteristic, paraffin method, triploid Penulis korespondensiARI SUNANDAR emailarisunandar Dikirim08-12-2017 Diterima01-03-2018 P EN DA HU LU AN Pisang budidaya yang ada sekarang dipercaya berasal dari Musa balbisiana dan Musa acuminata Simmonds & Shepherd, 1955. Kedua species ini merupakan pisang diploid dengan grup genom BB M. balbisiana dan AA M. acuminata. Evolusi menyebabkan fertilitas bunga yang tinggi menurun dan kemampuan menghasilkan biji pada pisang diploid berubah menjadi steril dan sedikit menghasilkan biji Megia, 2005. Keanekaragaman pisang dapat dilihat dari rasa, bentuk, dan warna daging buah. Species dan kultivar pisang di Indonesia belum semua diklasifikasikan Sumardi & Wulandari, 2010. Pendekatan molekuler dan kariotipe kromosom telah digunakan untuk menggambarkan hubungan kekerabatan pada beberapa species pisang Retnoningsih, 2009; Liu et al., 2010; Ahmad et al., 2014. Selain pendekatan molekuler dan kariotipe kromosom, pendekatan anatomi dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan kekerabatan pada tanaman. Shokefun et al., 2016 melaporkan bahwa karakter anatomi daun dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan kekerabatan pada beberapa species Microcos Linn. sect. Eumicrocos Burret. Kelimpahan, distribusi, dan tipe trikoma merupakan karakter pembeda pada Solanum sect. Polytrichum Silva & Agra, 2011. Set kromosom pada pisang budidaya dapat berupa dioloid, triploid, atau tetraploid Megia, 2005. Pada kebanyakan tanaman budidaya, peningkatan jumlah set kromosom akan meningkatkan produktivitas tanaman. Pisang Ambon AAA misalnya, memiliki tandan dan buah yang lebih besar dibandingkan pisang mas AA Simmonds, 1966. Level ploidi tidak hanya berpengaruh pada karakter morfologi tetapi juga pada karakter anatomi. Padoan et al. 2013 melaporkan bahwa sel stomata pada jeruk triploid lebih besar dari pada sel stomata jeruk diploid. Sumardi & Wulandari 2010 melaporkan bahwa ukuran dan jumlah stomata, jumlah lapisan hypodermal, struktur dan jumlah palisade parenkim, ukuran aerenkim pada petiol dan mesofil daun berbeda antara pisang diploid M. acuminata Penjalin’ dan M. balbisiana Khlutuk Warangan’ dan pisang triploid M. acuminata Ambon Warangan’, M. paradisiaca Raja Nangka’, dan M. paradisiaca Khlutuk Susu’. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakter morfologi dan anatomi pisang diploid M. balbisiana dan pisang triploid M. paradisiaca Kepok’. Karakter anatomi sangat penting sebagai data pendukung untuk klasifikasi dan upaya peningkatan kualitas pisang budidaya di masa depan. M ET OD E Sampel pisang diploid M. balbisiana diambil dari Desa Nipah Panjang, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan sampel pisang triploid M. paradisiaca Kepok’ diambil di Kota Pontianak. Karakter morfologi kedua jenis pisang didokumentasikan menggunakan kamera digital. Karakterisasi morfologi pisang diploid dan triploid mengikuti panduan pada Descriptors for Banana Musa spp.’ IPGRI, 1996. Karakter morfologi yang diamati meliputikarakter pseudostem, karakter petiol, karakter daun, karakter tangkai bunga penduncle, karakter jantung’ pisang, karakter bunga, karakter buah, dan khusus untuk pisang diploid, karakter biji juga diamati. Preparat anatomi organ vegetative akar, petiole, dan daun pisang diploid dan triploid dibuat menggunakan metode paraffin. Akar, petiole, dan daun difiksasi pada larutan FAA selama 24 jam. Akar, petiole, dan daun selanjutnya didehidarasi dan dijernihkan menggunakan seri larutan Johansen I–VII Johansen, 1940, ditanamkan pada lilin paraffin, dan dipotong menggunakan mikrotom putar dengan ketebalan 10 µm. Potongan akar, petiole, dan daun selanjutnya diwarnai dengan safranin 2% dan alcian blue 1%, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. ARI SUNANDAR, ADI PASAH KAHAR 32 H A S I L D A N P E MB A HA SA N Pseudostem M. balbisiana diploid berwarna hijau kekuningan, tipe petiole margins curved inward; bentuk pangkal daun satu sisi membulat dan sisi lainya runcing, warna permukaan atas dan bawah daun hijau, permukaan dorsal tulang daun berwarna hijau cerah dan permukaan ventral tulang daun berwarna hijau; panjang tangkai bunga penduncle 30–40 cm, lebar 4,0–4,5 cm, warna hijau tua; bentuk jantung pisang intermediate, membulat, jumlah braktea yang terbuka dua atau lebih, braktea tidak menggulung; tepal majemuk berwarna cream, lobe tepal majemuk berwarna kuning, warna tepal bebas putih transparan, oval, triangular, kedudukan tangkai putik terhadap tepal majemuk sama tinggi, lurus; jumlah buah dalam satu sisir 7–14 buah, panjang buah 6–7 cm, lurus, lengthily pointed, persistent style; permukaan biji berkerut, berbentuk bulat, berwarna coklat Table 1 dan Gambar 1. Terdapat perbedaan karakter warna pseudostem, tipe petiole, bentuk jantung pisang, bentuk ujung braktea, bentuk ujung tepal bebas, dan bentuk ujung buah antara M. balbisiana pada penelitian ini dengan M. balbisiana di Jawa dan Sulawesi. Warna pseudostem M. balbisiana di pulau Jawa berwarna hitam-keunguan dan hijau, tipe petiole margin overlapping, bentuk jantung pisang ovoid, bentuk ujung braktea membulat dan terbelah, bentuk ujung tepal bebas triangular atau seperti jarum, bentuk ujung buah runcing Hapsari, 2014. Pseudostem M. balbisiana di Sulawesi berwarna coklat keunguan, tipe petiole curved inward, jantung pisang berbentuk ovoid, bentuk ujung braktea intermediate, bentuk ujung tepal bebas triangular, dan bentuk ujung buah tumpul Sulistyaningsih et al., 2014. Musa paradisiaca Kepok’ triploid memiliki pseudostem yang berwarna hijau, tipe petiole straight with erect margins; bentuk pangkal daun kedua sisi membulat, warna permukaan atas daun hijau tua dan bawah daun hijau, permukaan dorsal tulang daun berwarna hijau cerah dan permukaan ventral tulang daun berwarna hijau; panjang tangkai bunga penduncle 41 cm, lebar 3,5 cm, warna hijau; bentuk jantung pisang ovoid, membulat dan terbelah, jumlah braktea yang terbuka satu, braktea tidak menggulung; tepal majemuk berwarna cream, lobe tepal majemuk berwarna kuning, warna tepal bebas putih transparan, oval, triangular, kedudukan tangkai putik terhadap tepal majemuk lebih tinggi, melengkung pada bagian pangkal; jumlah buah dalam satu sisir 13 buah, panjang buah 9 cm, lurus, tumpul, dasar tangkai bunga menonjol Tabel 1 dan Gambar 2. Tabel 1. Karakter morfologi Musa balbisiana dan Musa paradisiacal Kepok’ Musa paradisiaca Kepok’ ABB Straight with erect margins Warna Permukaan Atas Daun Warna Permukaan Bawah Daun One side rounded, one pointed Warna Permukaan Dorsal Tulang Daun Warna Permukaan Ventral Tulang Daun Warna Permukaan Luar Braktea Jumlah Braktea yang terbuka Keadaan Braktea Sebelum Jatuh Pigmentasi Pada Tepal Majemuk Warna Lobe pada Tepal Majemuk Kedudukan Style Terhadap Tepal Majemuk Melengkung Pada bagian Pangkal Jumlah Buah dalam satu sisir Remains of flower relicts Base of the style prominent SCRIPTA BIOLOGICA VOLUME 5 NOMER 1 MARET 2018 31–36 HTTPS// 33 Gambar 1. Foto karakter morfologi Musa balbisiana diploid. A. Pangkal daun, C. Jantung Pisang, D. Bunga jantan, E. Sisir pisang, F. Potongan membujur buah pisang Gambar 3. Foto struktur anatomi Musa paradisiaca Kepok’ triploid. Daun A a, adaxial epidermis; b, hypodermis; c, jaringan palisade ; d, xylem; e, phloem; f, bundle sheath; g, jaringan bunga karang; h, sclerenchyma; i, rongga udara; j, laticifer; k, abaxial epidermis; l, stomata. Petiole B a, epidermis; b, parenchyma cells; c, xylem; d, phloem. Akar Ca, epidermis; b, cortex; c, endodermis; d, vessel; e, phloem; f, aerenkim. Bar = 100µm. ARI SUNANDAR, ADI PASAH KAHAR 34 Gambar 2. Foto karakter morfologi Musa paradisiaca Kepok’ triploid. A. Pangkal daun, B. Petiole, C. Jantung pisang, D. Bunga jantan, E. Sisir pisang, F. Irisan melintang buah pisang Gambar 4. Foto struktur anatomi Musa balbisiana diploid. Daun A a, adaxial epidermis; b, hypodermis; c, jaringan palisade ; d, xylem; e, phloem; f, jaringan bunga karang; g, stomata; h, rongga udara; i, sclerenchyma; j, laticifer; k, abaxial epidermis. Petiole B a, epidermis; b, parenchyma cells; c, xylem; d, phloem. Akar Ca, epidermis; b, cortex; c, endodermis; d, vessel; e, phloem; f, aerenkim. Bar = 100 µm Pisang kepok memiliki kulit yang tebal, berwarna kuning dengan bintik coklat yang gelap. Morfologi buah pisang kapok sangat tidak menarik, buah perlu dimasak dahulu sebelum dikonsumsi dan memiliki rasa buah yang tidak terlalu manis Hapsari & Lestari, 2016. Secara anatomi, daun M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ tersusun atas adaxial epidermis, hypodermis, palisade, bunga karang, bundle sheat cell, abaxial epidermis, dan laticifer. Sel epidermis berbentuk bulat sedangkan sel epidermis M. paradisiaca Kepok’ berbentuk persegi panjang. SCRIPTA BIOLOGICA VOLUME 5 NOMER 1 MARET 2018 31–36 HTTPS// 35 Jaringan hypodermis ditemukan pada sisi adaxial dan abaxial daun M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’. M. balbisiana memiliki dua lapis jaringan hypodermis pada sisi adaxial dan satu lapis pada sisi abaxial. Sedangkan M. paradisiaca Kepok’ memiliki satu lapis jaringan hypodermis pada sisi adaxial dan abaxial daun. Harijati et al., 2013 melaporkan bahwa jaringan hypodermis hanya ditemukan pada sisi adaxial daun M. paradisiaca Kepok’. Dua lapis jaringan hypodermis juga ditemukan pada M. paradisiacal Kluthuk Susu’ Sumardi & Wulandari, 2010 dan M. paradisiaca Kepok’ Harijati et al., 2013. Tiga lapis jaringan hypodermis ditemukan pada M. branchyacarpa, M. sapietum dan M. cavendish Harijati et al., 2013. Hypodermis yang tersusun atas 2 sampai 3 lapis merupakan karakter Musaceae Tomlison, 1969. Jaringan hypodermis pada daun memiliki beberapa fungsi. Pada Musa sapientum, hypodermis berfungsi agar daun muda tidak menggulung Skutch, 1930. Rundel et al., 1998 melaporkan bahwa jaringan hypodermis berfungsi untuk menurunkan kerusakan jaringan fotosintesis akibat cahaya matahari. Jaringan mesofil pada daun disusun oleh jaringan palisade dan bunga karang. M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ memiliki dua lapis jaringan palisade dan tersusun rapat Gambar 3 dan 4. Dua lapis jaringan palisade juga ditemukan pada M. branchyacarpa dan M. sapietum Harijati et al., 2013. Jaringan bunga karang pada M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ memiliki bentuk sel yang tidak beraturan, yang berfusi membentuk aerenkim. Aerenkim pada M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ terletak diantara dua berkas angkut. Kondisi ini juga ditemukan pada Penjalin, Kluthuk warangan, Ambon warangan, Raja nangka dan Kluthuk susu Sumardi & Wulandari, 2010, M. branchyacarpa, M. sapietum, M. paradisiaca Kepok’ dan M. cavendish Harijati et al., 2013 dan merupakan kondisi yang umum pada daun pisang Tomlison, 1969. Jaringan angkut ditemukan di mesofil. Berkas angkut pada M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ terdiri atas xylem dan floem. Berkas angkut dikelilingi oleh sel sklerenkim. Berkas angkut yang dikelilingi oleh sel sklerenkin juga ditemukan pada Penjalin, Kluthuk warangan, Ambon warangan, Raja nangka dan Kluthuk susu Sumardi & Wulandari, 2010. Laticifer pada M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ ditemukan berasosiasi dengan berkas angkut Gambar 3 dan 4. Laticifer adalah sel atau kelompok sel yang berisi latek atau getah Beck, 2010. Laticifer ditemukan di jaringan palisade dan berkas angkut Sumardi & Wulandari, 2010. Namun, laticifer juga dapat ditemukan di abaxial epidermis Harijati et al., 2013. Petiole M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ disusun oleh tiga jaringan yaitujaringan epidermis, parenkim, dan berkas angkut. Jaringan epidermis pada M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ tersusun atas satu lapis, kompak, dan berbentuk persegi panjang. Sel parenkim ditemukan pada bagian tengah petiole Gambar 3 dan 4. M. acuminata Penjalin’ and M. acuminata Ambon warangan’ memiliki satu lapis sel epidermis yang berbentuk persegi panjang, kompak, dan dilindungi oleh kutikula. M. acuminata Penjalin’ and M. acuminata Ambon warangan’ juga memiliki sel parenkim yang terletak pada bagian tengah petiole, berbentuk seperti bintang dan terdapat rongga udara yang besar Sumardi & Wulandari, 2010. Akar M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ tersusun atas tiga jaringan yaituepidermis, parenkim, dan jaringan angkut. M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’ memiliki satu lapis jaringan epidermis. Satu atau dua lapis jaringan epidermis juga ditemukan pada M. acuminata Penjalin’ and M. paradisiaca Raja Nangka’ Sumardi & Wulandari, 2010. Aerenkim ditemukan pada akar M. balbisiana dan M. paradisiaca Kepok’. Adanya aerenkim yang terhubung dari tajuk hingga ke akar akan meningkatkan difusi oksigen dari daun ke akar akan mendukung proses respirasi Evert, 2006. Aerenkim juga ditemukan pada M. acuminata Penjalin’, M. balbisiana Kluthuk Warangan’, M. acuminata Ambon warangan’, dan M. paradisiaca Kluthuk’, namun tidak ditemukan pada M. paradisiaca Raja Nangka’ Sumardi & Wulandari, 2010. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tanaman pisang dengan tingkatan ploidi yang berbeda, dalam hal ini M. balbisiana diploid dan M. paradisiaca triploid memiliki karakter morofologi dan anatomi yang berbeda pula. K ES IM PU LA N Tanaman pisang dengan tingkatan ploidi yang berbeda antara M. balbisiana diploid dan M. paradisiaca triploid menunjukkan perbedaan karakter morfologi pada tipe saluran pada petiole, bentuk pangkal daun, bentuk jantung pisang, bentuk ujung braktea, jumlah braktea yang terbuka, kedudukan style terhadap tepal bebas, bentuk style, bentuk ujung buah, dan sisa bagian bunga yang tertinggal pada buah, serta pada karakter anatomi pada jumlah lapisan hypodermis. D A F T A R R E F ER EN SI Ahmad F, Megia R, Poerba YS. 2014. Genetic diversity of Musa balbisiana Colla in Indonesia based on AFLP marker. Hayati Journal of Biosciences. 21139-47. Beck C. 2010. An Introduction to Plant Structure and Development. Cambridge Second Edi.. New York Cambridge University Press. Evert R. 2006. Esau’ s Plant Anatomy Meristems, Cells, and Tissues of The Plant Body Their Structure, Function and Development Third Edit. Canada John Wiley & Sons. Hapsari L. 2014. Wild Musa species collection of Purwodadi Botanic Garden Inventory and its morpho-taxonomic review. Journal of Tropical Life Science. 4170-80 Hapsari L, Lestari DA. 2016. Fruit characteristic and nutrient values of four Indonesian banana cultivars Musa spp. at different genomic groups. Agrivita. 383303–311 Harijati N, Azrianingsih R, Prawaningtyas EA. 2013. The Study of Anatomy and Fiber Banana Leaf as a Potensial Wrapping. American Journal of Plant Science. 41461–1465 International Plant Genetic Resources Institute. 1996. Description for Bananas Musa spp. IPGRI, Rome Johansen DA. 1940. Plant Microtecniques. London Mc-Graw Hill Book Co. Inc ARI SUNANDAR, ADI PASAH KAHAR 36 Liu AZ, Kress WJ, Li DZ. 2010. Phylogenetic analyses of the banana family Musaceae based on nuclear ribosomal ITS and chloroplast trnL-F evidence. Taxon. 59 120–28. Megia R. 2005. Musa sebagai model genom. Hayati 12167–170. Padoan D, Mossad A, Chiancone B, Germana MA, Khan PSSV. 2013. Ploidy levels in Citrus clementine affects leaf morphology, stomatal density and water content. Theoretical and Experimental Plant Physiology. 254283–290. Retnoningsih A. 2009. Moleculer based classification and phylogenic analysis of Indonesian banana cultivars. [dissertation]. Bogor Agricultural Institute. Bogor. Rundel PW, Sharifi MR, Gibson AC, Esler KJ. 1998. Structural and physiological adaptation to light environments in neotropical Heliconia Heliconiaceae. Journal of Tropical Ecology. 146789–801. Shokefun EO, Ayodele AE, Akinloye AJ. 2016. Systematic importance of leaf anatomical characters in some species of Microcos Linn. Section Eumicrocos Burret. in Nigeria. American Journal of Plant Sciences. 7108–117. Skutch AF. 1930. Unrolling of Leaves of Musa sapientum and Some Related Plants and Their Reactions to Environmental Aridity. Botanical Gazette. 904337–365. Silva NK, Agra MF. 2011. Leaf epidermal characters of Solanum sect. Polytrichum Solanaceae as taxonomic evidence. Microscopy research and technique. 741186–1191 Simmonds NW, Shepherd K. 1955. The taxonomy and origins of the cultivated bananas. Journal of Linnean Society Botany. 55302–312. Simmonds NW. 1966. Bananas. New York Longman Inc Sulistyaningsih LD, Megia R, Widjaja EA. 2014. Two new record of wild bananas Musa balbisiana and Musa itinerans from Sulawesi. Makara J Sci. 18 11–6. Sumardi I, Wulandari M. 2010. Anatomy and morphology character of five Indonesian banana cultivars Musa spp. of different ploidy level. Biodiversitas, 114, 167–175. Tomlison PB. 1969. Anatomy of Monocotyledons. Clarendron. Oxford. ... Pisang kepok kapas, kuning, dan manado bergenom BBB Musa balbisana memiliki warna bercak coklat dan tidak mencolok. Hal ini senada dengan pendapat Rahmawati, M. & Hayati, 2013, yang mengatakan bahwa petiole yang berwarna tidak mencolok memiliki sifat M. balbisiana, sedangkan warna bercak mencolok dan coklat kehitaman pada kepok abu bergenom AAB diduga karena kepok kultivar ini merupakan persilangan dari M. acuminata dan M. balbisiana dengan karakter yang dominan kepada M. acuminata dengan salah satu karakter yang dimiliki adalah bercak yang coklat kehitaman, pekat, dan mencolok Rahmawati, M. & Hayati, 2013 Sunandar, A. dan Kahar, 2018. Struktur anatomi petiole pisang kepok dari kelima kultivar yang diamati pun sama yaitu lapisan epidermis pada bagian paling luar, kemudian terdapat jaringan parenkim yang tersebar hampir diseluruh bagian. ...Hapsari L, Damaiyani J, Yulistyarini T, Auliya I, Gusmiati LH, Zaro RM. 2022. Characterization, potential and conservation of Pisang Kates Musa cv. ABB, a unique local banana cultivar from Pasuruan, East Java, Indonesia. Biodiversitas 23 3521-3532. Characterization of local banana Musa spp. germplasm is fundamental for identification and provides information on traits that support their sustainable conservation and optimum utilization. This study aims to characterize and discuss the potential and conservation of Pisang Kates,a local cultivar originatingfrom Tutur, Pasuruan, East Java, Indonesia. The observed characteristics include morphology, molecular, agronomy and yield performance, leaf anatomy and stomata, pollen morphology and viability, fruit total soluble solids and nutrients. Results showed that Pisang Kates hasa unique fruit shape ovoid to globose, weight of40-150 g, appear solitary and randomly attached directly to peduncle, like papaya. It was molecularly by Internal Transcribed Spacer barcode confirmed as ABB genotype. It is tolerant to drought and banana bunchy top virus, but susceptible to wilts. Leaf anatomy has three palisades and isodiametric polygonal epidermals. Leaf stomata is amphistomatic, tetracytic on adaxial,and paracytic on abaxial. Pollen unit is monad, very large, subspheroidal, monocolpate aperture, granulum ornamentation, and low viability. Fruit moderately sweet with nutrient contents equal to dessert banana. Pisang Kates has potential as one serving consumer size fruit, ornamental fruit plant, female parent for breeding,and pioneer plant for rehabilitation programs. Both ex-situ and on-farm conservation strategies of this valuable local banana genetic resource are L, Damaiyani J, Yulistyarini T, Auliya I, Gusmiati LH, Zaro RM. 2022. Characterization, potential and conservation of Pisang Kates Musa cv. ABB, a unique local banana cultivar from Pasuruan, East Java, Indonesia. Biodiversitas 23 3521-3532. Characterization of local banana Musa spp. germplasm is fundamental for identification and provides information on traits that support their sustainable conservation and optimum utilization. This study aims to characterize and discuss the potential and conservation of Pisang Kates, a local banana cultivar originating from Tutur, Pasuruan, East Java, Indonesia. The observed characteristics include morphology, molecular, agronomy and yield performance, leaf anatomy and stomata, pollen morphology and viability, fruit total soluble solids and nutrients. Results showed that Pisang Kates has a unique fruit shape ovoid to globose, weight of 40-150 g, appear solitary and randomly attached directly to peduncle, like papaya. It was molecularly by Internal Transcribed Spacer barcode confirmed as ABB genotype. It is tolerant to drought and banana bunchy top virus, but susceptible to wilts. Leaf anatomy has three palisades and isodiametric polygonal epidermals. Leaf stomata is amphistomatic, tetracytic on adaxial, and paracytic on abaxial. Pollen unit is monad, very large, subspheroidal, monocolpate aperture, granulum ornamentation, and low viability. Fruit moderately sweet with nutrient contents equal to dessert banana. Pisang Kates has potential as one serving consumer size fruit, ornamental fruit plant, female parent for breeding, and pioneer plant for rehabilitation programs. Both ex-situ and on-farm conservation strategies of this valuable local banana genetic resource are encouraged. Rita MegiaDuring the meeting in Arlington, USA in 2001, the scientists grouped in PROMUSA agreed with the launching of the Global Musa Genomics Consortium. The Consortium aims to apply genomics technologies to the improvement of this important crop. These genome projects put banana as the third model species after Arabidopsis and rice that will be analyzed and sequenced. Comparing to Arabidopsis and rice, banana genome provides a unique and powerful insight into structural and in functional genomics that could not be found in those two species. This paper discussed these subjects-including the importance of banana as the fourth main food in the world, the evolution and biodiversity of this genetic resource and its leaf anatomy of six Microcos L. species belonging to section Eumicrocos in Nigeria was investigated by transverse sectioning of the lamina and examined by light microscope to determine their taxonomic significance in species delimitation and classification. The common anatomical characteristics in all the species are as follows the uniseriate epidermis; the hypostomatic and bifacial leaves; presence of 2 layers of palisade tissues; presence of bundle sheath extension to both epi-dermises; presence of glandular and non-glandular trichomes; presence of secretory ducts on ab-axial surface; presence of druse crystal in the mesophyll and midrib and; sclerenchyma cells associated with the phloem. Anatomical characters which are significant for species delimitation include the presence/absence of sclerenchyma cells associated with the xylem in the midrib; presence/ absence of starch grains in the mesophyll and midrib; the presence/absence of secretory ducts on the adaxial surface of the midrib; the presence/absence of medullary plates in midrib; the number of secretory ducts in the midrib and the midrib adaxial outline. The section can be separated into two distinct groups based on the number of spongy tissue layers in the mesophyll, number of sclerenchyma cells associated with the phloem and presence/absence of sclerenchyma cells in xy-lem both groupings correlated with those obtained from foliar epidermal and pollen characters. The importance of these characters is discussed in relation to the taxonomy of the objective of the present study was to understand the relationship among leaf morphology, stomatal characteristics and water relations in triploids generated through anther culture and their counterpart diploid plant of C. clementina. Triploid plants possessed small and narrow leaves as compared to diploid plant as evident by less leaf length, leaf width and leaf area. By contrast, the leaf index was observed to be more in triploids than haploid ones. Flow cytometric analysis re-confirmed the ploidy levels of heterozygous plant Hd as diploid and the ploidy of Th1, Th2, Th3 and Th4 plants as triploids. A positive relation was found between ploidy level and stomatal guard cell length and width, whereas a negative relation was observed between the stomata density and ploidy level. The stomatal density was reported to be +/- stomata per mu m2 in diploid plant, while stomatal density varied between and stomata per mu m2 in triploids. Leaf relative water content RWC was slightly higher in triploids to than diploid The leaf water loss was found to be marginally higher in diploid than in triploid plants. Our results show that increase in ploidy level from diploids to triploids caused an effect on leaf morphology and stomatal characteristics with probable consequences to water relations of leaves. This research will serve as an important basis for future work on complete analysis of both morphological and behavioural traits of the leaf stomata and transpiration rates in relation to diploid versus triploid SumardiMera WulandariSumardi I, Wulandari M 2011 Anatomy and morphology character of five Indonesian banana cultivars Musa spp. of different ploidy level. Biodiversitas 12 167-175. In Indonesia there are many cultivars of banana, and some of them produce edible fruits. Beside their morphology, the character which necessary as a tool for classification is anatomical character. The aim of this research were to describe the anatomical character and morphology of fives Indonesian banana cultivars based on their level of ploidy. The cultivars were collected from Banana Germplasm Plantation, Yogyakarta District, Indonesia. The samples of roots, rhizome, and leaf were collected from five banana cultivars Musa acuminata cv Penjalin, cv Kluthuk warangan, cv Ambon warangan, cv Raja nangka , and M. paradisiaca cv Kluthuk susu. For anatomy observation samples were prepared using paraffin method, stained with 1% safranin in 70% ethanol. To observe the structure of stomata and epidermis surface, slide were prepared using modification of whole mount method. Slides were observed using Olympus BHB microscope completed with Olympus camera BM-10A. Stem and leaf morphology character of diploid level AA and BB genome is different with triploid level AAA, AAB, and ABB genome. Anatomy and morphology character of root and rhizome of banana in diploid level AA and BB genome and triploid level AAA, AAB, and ABB genome is quite similar. Distribution of stomata is found in leaf and pseudostem. Stomata is found in adaxial and abaxial epidermis layer. The size of guard cells in triploid cultivars was longer than that diploid cultivars. The root composse of epidermis layer, cortex and cylinder vascular of five cultivar's root show anomalous structure. Rhizome consist of peripheric and centre zone. Anatomically, this was no differences in the rizome structur among five banana cultivars. The row of vascular bundles act as demarcation area between peripheric and central zone. In the cultivar with BB genome diploid and ABB genome triploid the row of vascular bundle was not found. The differences of leaf anatomy were base on size and number of stomata distribution, number of subsidiary cells, number of hypodermal layers, structure and number of parenchyma palisaden, size of airspace in petiole and mesophyll and the vascular bundle of habitat on physiological and structural characteristics was investigated for broad-leaved tropical monocotyledons in the genus Heliconia Heliconiaceae. Seven species were selected from three different light regimes, enabling an analysis of the extent to which this genus has adapted its photosynthetic strategies and morphological characteristics to different daily photon flux densities PFD. Predictably, light response curves showed a clear gradient with respect to light saturation and rates of maximum net assimilation Amax. Heliconia latispatha, an open site species, showed saturation at higher PFD 1400 [mu]mol m[minus sign]2 s[minus sign]1 and higher Amax [mu]mol m[minus sign]2 s[minus sign]1 and H. irrasa of deep-shade forest understorey PFD 250 [mu]mol m[minus sign]2 s[minus sign]1; Amax mol m[minus sign]2 s[minus sign]1. Leaf blade areas were largest in open sites, and leaf specific mass was also significantly higher, but leaf support efficiency was highest in understorey species. Species in open sites had thicker leaves with more chlorenchyma, whereas deep-shade species had very thin leaves and low stomatal densities. These rapidly growing herbaceous perennials appear to allocate much of their above-ground biomass to leaf tissues and have a relatively low investment in support tissues. This contrasts with understorey palms, in which leaf form and structural investment has been interpreted as a trade-off between economy and protection against tissue loss from falling branches. Presence of below-ground rhizomes in Heliconia may provide the key to this banana family Musaceae Zingiberales, an economically important tropical group of plants, includes three genera, Musa, Ensete and Musella, and possibly 41 species. We performed phylogenetic analyses of a total of 39 accessions covering 28 species in the Musaceae and five outgroup species using nuclear ribosomal ITS and chloroplast trnL-F sequences. Outgroups were chosen from the closely related families Lowiaceae, Strelitziaceae, and Heliconiaceae. Our results suggest that Musaceae is monophyletic. Three main internal clades are well-supported within the family. The genus Musa is comprised of two of these clades, and Musella plus Ensete make-up the third clade. The sectional classification system of Musa based on chromosome numbers is not supported by DNA sequence evidence. Both inflorescence orientation erect or pendent and chromosomal number in Musa, which were characters traditionally thought to be diagnostic in sectional classification, are homoplasious traits in the family. The disjunct distribution of living members of the genus Ensete in tropical Asia and Africa with a fossil species described from the Eocene of Oregon in North America may be an example of the distributional retreat of the Boreal Tropics. The phylogenetic position of the monospecific Musella as sister to the African clade of Ensete suggests that the single species in this lineage is a highly specialized member not warranting generic status. Evidence from the molecular phylogenetic investigations highlights the evolutionary diversification and biogeographic context of this plant group, and suggests additional taxonomic investigations of both Musa and Ensete are in SimmondsK. ShepherdSUMMARYA taxonomic scoring method is used to classify the edible bananas and to provide evidence on their evolution. Edible diploid forms of Musa acuminata are thought to be the primary source of the whole group to which another species, M, baibisiana, has contributed by hybridization. Thus there exist diploid and triploid edible forms of M. acuminata and diploid, triploid and tetraploid hybrid types of genetic constitutions that vary according to their histories. There is a faint possibility that a third wild species has contributed to the origins of a small group of triploid hybrid types. Triploidy was probably established under human selection for vigour and fruit size; tetraploidy is inexplicably rare. The centre of origin of the group is Indo-Malaya and Malaya is probably the primary centre. The two Ldnnaean species M. paradisiaca and M. sapientum refer to identifiable edible varieties which are both shown here to be of hybrid origin. The names therefore may be rejected from the nomenclature of the wild morphological similarities among the species of Solanum are remarkable, and are often very difficult one clear distinction between them. This paper presents a comparative anatomical study of the leaf epidermis of five Brazilian species of Solanum sect. Polytrichum, carried out using light and scanning electron microscopy. The leaf epidermis surfaces were investigated to evaluate their taxonomic significance to be used for separation and delimitation of the species of the section. As results, some micro-morphological characters of the leaf epidermis, such as density, distribution and type of stellate trichomes, and the anticlinal walls of epidermal cells, and also the type and distribution of stomata proved to be the most useful and distinctive characters for the separation and delimitation of the species, and also may contribute as an additional support to the interspecific taxonomy and systematic of Solanum sect. based classification and phylogenic analysis of Indonesian banana cultivarsA RetnoningsihRetnoningsih A. 2009. Moleculer based classification and phylogenic analysis of Indonesian banana cultivars.
SekianInformasi Ciri - ciri merpati tinggian kolongan super Seputar Karakter Makhluk Hidup yang kami hadirkan untuk anda. Di sini terdapat beberapa info-info seputar Karakter Makhluk Hidup terkait dengan Artikel Karakter Makhluk hidup Terkait diatas beserta informasi lengkapnya Informasi Seputar Karakter Makhluk Hidup lainnya.
Pisang Musa Data Sumber dari Mauz, Mauz tanduk dan Patera mauz Tanaman Jenis biji zakar Buah beri Taksonomi Divisi Tracheophyta Subdivisi Spermatophytina Klad Angiospermae Klad monocots Klad commelinids Ordo Zingiberales Famili Musaceae Genus Musa Linnaeus, 1753 Spesies M. acuminata M. balbisiana M. ×paradisiaca invalid M. sapientum invalid Pisang adalah merek umum nan diberikan pada tumbuhan terna berukuran besar dengan patera memulur dan segara yang tumbuh langsung berasal putaran batang cangkul. Batang pisang berkepribadian panjang usus karena terlatih berpokok lapisan petiolus yang lunak dan tinggi. Batang yang agak keras berada di bagian permukaan kapling. Pisang n kepunyaan daun beranting yang pencar dan mudah robek dengan episode jenazah yang meruncing. Ukuran daun lega tiap spesies mauz kembali farik-beda. Gandar cangkul mauz menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang akan mewujudkan buah yang disebut susur. Buah mauz berkelompok dalam satu bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah kian mengecil.[1] Kerumahtanggaan taksonomi, pisang tercantum dalam genus Musa dan famili Musaceae.[1] Beragam spesies pisang tersebar di wilayah Malesia. Spesies pisang yang minimum banyak dibudidayakan di mayapada yaitu pisang hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di alas, bukit maupun di dataran minus.[2] Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan pokok kayu tidak seperti jagung dan singkong.[3] Mauz dapat dipanen kapan hanya, karena pertumbuhannya yang sesuai dengan segala jenis musim. Kematian tumbuhan pisang hanya terjadi saat bertelur sahaja sekali semasa hidupnya.[2] Buah mauz dapat langsung dimakan atau dimasak terlebih dahulu. Gizi di internal pisang bermanfaat bagi kebugaran awak manusia dan dapat pula dibuat ibarat obat tradisional.[3] Lega awalnya, pisang merupakan pokok kayu kudus yang berasal berbunga kawasan Asia Tenggara, kemudian hambur ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat, pisang menyebar mulai dari Ki akbar Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar dulu ke Benua Afrika dan berkiblat ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Padahal, pisang memencar dari arah timur melalui Osean Pasifik menjurus ke Hawaii.[4] Di majemuk daerah dan mancanegara, mauz memiliki tera-etiket khas individual, sejumlah diantaranya gadang atau gedhang Jawa, biyu Bali, puntiq Sasak, cau atau cawu Sunda, punti Lampung, unti Makassar, koyo Ternate, kula Banda, ari-ari Ambon, tema Agak gelap, dan ounche Madagaskar.[5] Taksonomi [sunting sunting perigi] Nama variasi dari pisang yaitu Musa sp yang berasal dari genus Musa. Mauz termaktub privat famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping nilai distingtif. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi pohon berbunga dan divisi pohon berbiji.[4] Spesies mauz masih berkerabat dengan Orchidaceae.[3] Penyebaran [sunting sunting sumur] Pisang dapat tumbuh berlambak di wilayah dengan musim kemarau yang berlangsung hingga 4,5 rembulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang kerjakan tumbuh dengan subur merupakan 650 hingga mililiter per tahun. Tentatif itu, suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21udara murniC hingga 29,5 udara murniC.[3] Mauz awalnya merupakan pokok kayu lokal di kawasan Asia Tenggara yang sebagian raksasa berpusat di kawasan Indonesia. Sejak 500 hari sebelum Kristen, pisang telah menyebar menjejak Pulau Madagaskar. Sementara itu distrik Afrika lainnya sudah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu masa sebelum Kristen. Pada perian nan sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan pisang melalui pengapalan semenjak Kepulauan Canaria.[6] Keragaman [sunting sunting perigi] Sentral kebinekaan penting pisang terletak di daerah Malesia Asia Tenggara, Papua, dan Australia tropika. Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Pohon ini menyukai iklim tropis dan lembap, terutama di dataran tekor. Di daerah dengan hujan merata sepanjang hari, produksi pisang bisa berlanjut minus mengenal musim. Indonesia, Gugusan pulau Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara terdahulu pengekspor pisang.[7] Plong tahun 2022, India menjadi negara dengan konsumsi pisang paling tingkatan, di atas Tiongkok dan Indonesia.[8] Pisang yang dibudidayakan pada masa saat ini dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata nan diploid dan tumbuh bawah tangan. Genom nan disumbangkan diberi fon A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya tipe-jenis pisang.[9] Yuridiksi genom B terutama tertentang pada kandungan bubuk pada biji kemaluan yang lebih tangga. Secara masyarakat, genom A menyumbang karakter ke sisi buah meja, sementara genom B ke arah jantung pisang olah ataupun mauz menguning. Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal misal M. ×paradisiaca. Khusus untuk Gerombolan AAB, jenama Musa sapientum kekeluargaan digunakan. Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan plong musim 1955, klasifikasi pisang kepribadian pusat sekarang menggunakan tera-nama pergaulan genom ini sebagai nama gerombolan fiil daya. Sebagai teoretis, untuk pisang cavendish. Di pangkal kerumunan masih dimungkinkan pembagian privat anak-kelompok. Lihat pun artikel Musa bagi pembahasan makin tekun. Kategorisasi [sunting sunting sumber] Pisang bisa dikelompokkan berdasarkan kode berikut Kelompok AA diploid pisang seribu, pisang parafin, pisang mas Musa acuminata Kelompok AAA triploid, partenokarp mauz susu, bananito, diversifikasi-keberagaman pisang ambon Musa acuminata /embun seperti Ambon Steril’, Ambon Hijau’, Dua belas lusin Michel’ dan Cavendish’, mauz barangan Musa acuminata Kelompok AAB triploid, partenokarp macam-varietas punti, pisang rajabulu Musa paradisiaca,[10] true plantain begitu juga kultivar Silk’ dari Amerika Selatan, pisang tanduk Kelompok ABB triploid, partenokarp pisang kepok, pisang siam Gerombolan AAAB tetraploid, partenokarp Gerombolan BB diploid Kerubungan BBB Kerumunan AABB Morfologi [sunting sunting sumber] Biji pelir [sunting sunting sumur] Erat semua buah pisang memiliki kulit berwarna asfar ketika matang,[11] meskipun ada bilang yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, maupun apalagi hampir hitam. Jantung pisang andai bahan rimba merupakan sumur energi fruktosa dan mineral, terutama potasium.[12] Istilah “mauz” juga dipakai cak bagi sejumlah jenis yang lain menghasilkan buah konsumsi, sebagai halnya pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas. Artikel ini sahaja membahas pisang kreator buah konsumsi serta kerabatnya yang berkaitan. Pisang mentah Pisang susu Kelompok AAA Pisang mas super Kelompok AA Pisang tanduk Pisang cula, Huma Raya Bogor. A. Bernecker, ± 1830? Mauz taäl, Kebun Raya Bogor. A. Bernecker, ± 1830? Khuluk taktik [sunting sunting sendang] Ketika manusia pada mulanya hanya roh berpindah-pindah dengan mengumpulkan makanan, fiil daya pisang belum dilakukan dan masih maujud pohon liar. Pisang berangkat dibudidayakan pasca- insan mengenal pertanian yang berperilaku bersemayam. Masyarakat di kewedanan Asia Tenggara telah memanfaatkan mauz sejak lama sebagai sayur khususnya puas bagian tulang daun dan tunas. Bagian-bagian pisang yang lainnya sekali lagi telah dimanfaatkan.[13] Bukti pembudidayaan mauz oleh anak adam dapat diketahui menerobos relief dan naskah kuno. Proteksi pisang pertama diketahui dalam literatur Pali, khususnya Kanon Pāli. Dalam naskah ini disampaikan bahwa mauz sudah lalu dipelihara di India sejak abad ke-6 hingga ke-5 sebelum Serani. Dalam naskah ini, mauz digambarkan sebagai buah bertaring nan menjadi makanan bagi kera dan gajah. Kultur lain yang telah memiara pisang ditemukan di Batang air Pangkat dan Sungai Kuning di Tiongkok. Dari batu bersurat kuno di Yunani, diketahui bahwa Yunani mengenal budi sendi pisang dari India sejak abad ke-3 sebelum Serani. Provisional itu, di wilayah Portugal telah diadakan budi daya pisang yang dipelajari dari Teluk Guinea pecah Afrika sebelum ditemukannya kempang kombinasi antara Benua Asia dan Tanah raya Eropa.[13] Pisang secara tradisional tidak dibudidayakan secara intensif. Sahaja sedikit yang dibudidayakan secara intensif dan besar-besaran dalam perkebunan monokultur, begitu juga Dua belas lusin Michel’ dan Cavendish’. Jenis-jenis lain biasanya ditanam berkelompok di pekarangan, tepi-tepi lahan tanaman lain, serta tepi bengawan. Hama [sunting sunting sumber] Kutu dan komplikasi lugu lega daun pisang Perbanyakan secara vegetatif membentuk pisang amat mudah terkena bidasan hama, karena sempitnya keragaman genetik. Suatu pertanian yang terkena penyakit tumbuhan dapat menjangkitkan dengan singkat ke perkebunan tetangganya. Spesies sigenting bernama Cosmopolites sordidus merupakan hama penyebab calit hitam pada jantung pisang.[14] Penyakit [sunting sunting sumber] Taun panama [sunting sunting sendang] Hawar panama merupakan komplikasi pisang nan paling umum terjadi di berbagai wilayah karakter gerendel mauz di dunia. Ciri mauz yang sedang dihinggapi wabah panama adalah layu tiba-start dan lengang sebelum menghasilkan buah. Spesies jamur bernama Fusarium oxysporum yaitu patogen utama yang menyebabkan wabah panama. Penularan penyakit dilakukan melalui akar tumbuhan yang ki berjebah di dalam tanah. Fusarium oxysporum boleh bertahan di dalam kapling meskipun tidak memiliki inang. Ketahanannya sangat lama hingga mencapai waktu selama 5 masa.[15] Masalah sigatoka [sunting sunting sumber] Masalah sigatoka kembali merupakan kelainan pisang yang minimum masyarakat terjadi di berbagai wilayah karakter daya pisang di dunia. Dampak nan ditimbulkannya adalah mortalitas sreg pokok kayu mauz. Puas pisang, penyakit ini terbagi menjadi dua diversifikasi, yaitu sigatoka kuning dan sigatoka hitam. Pembagian ini didasari oleh gejala yang timbul ketika patogen ki kesulitan sigatoka sedang subversif pisang. Pada sigatoka kuning, daun pisang nan akan mati memiliki bercak berwarna kuning, sementara lega sigatoka hitam bercaknya berwarna hitam. Sigatoka kuning disebabkan makanya patogen bernama Mycosphaerella musicola, sedangkan sigatoka hitam disebabkan maka itu Mycosphaerella fijiensis.[16] Penyakit sigatoka awalnya muncul di pertanaman pisang di area Asia sreg masa 1964. Kelainan ini menyebar ke Amerika Serikat pada tahun 1968 menerobos Hawaii. Temporer itu, ki kesulitan sigatoka pula terjadi plong perkebunan pisang di kewedanan Afrika dan Amerika Tengah sejak tahun 1972. Di Asia, negara permulaan yang perkebunan pisangnya mengalami penyakit sigatoka adalah Taiwan. Penyakit ini kemudian menyebar ke negara Asia lainnya yakni Tiongkok, Filipina, Sumatra Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Setelah itu, penyakit sigatoka menyebar dari negeri Malesia ke Tanah raya Australia. Sedangkan penyakit sigatoka di Afrika awalnya dialami di negara Zambia. Dari Zambia, penyakit ini hambur ke kawasan negara Afrika lainnya yaitu Gabon 1979, Burundi dan Rwanda 1986, serta 16 negara Afrika lainnya. Sementara itu, penyakit sigatoka di kewedanan Amerika Tengah pertama kali terjadi di Honduras yang kemudian merebak menjadi pandemi. Ki kesulitan sigatoka kemudian menyebar ke Jamaika, Kuba dan Republik Dominika. Penyebaran kelainan ini menjejak Florida pada musim 1998.[17] Pembusukan serutu [sunting sunting sumber] Pembusukan lisong merupakan keburukan pisang yang tetapi terjadi di area Amerika Daksina. Bakteri penyakit ini ialah jenis baja bernama Stachylidium theobromae. Gejala awal dari penyakit ini adalah pembusukan pada bunga pisang yang kemudian meluas hingga ke ujung biji zakar. Kondisi jasmani biji pelir yang mengalami pembusukan cerutu adalah berjangat haram dan bersalur pada daging biji pelir.[18] Penyakit darah [sunting sunting sumber] Penyakit darah pada mauz disebabkan oleh patogen berupa kuman, yakni Ralstonia solanacearum. Penyakit ini juga dikenal dengan nama komplikasi Moko. Gejala nan ditimbulkan riil layunya patera hingga meringkai. Penyakit talenta umumnya menyerang tumbuhan yang masih berusia muda. Gejala plong tanaman pisang yang kian tua lontok ialah daun menguning pada bagian seputar tangkai. Gejala infeksi yang timbul ialah berhentinya pertumbuhan biji zakar. Pisang yang telah membuat sirkam akan mengalami kehancuran indra peraba di adegan ujungnya, warnanya menjadi hitam, dan kulitnya mengernyit. Pada pisang yang berusia lampau tua, gejala puas kesisipan lain tampak, saja daging buah rusak dan memburuk.[18] Penyakit layu patogen Xanthomonas [sunting sunting sumber] Nutrisi [sunting sunting sumber] Pisang, Baru Asupan Surat kabar Nilai nutrisi per 100 g 3,5 oz Energi 371 kJ 89 kcal Fruktosa g Gula g Serat pangan g Lemak g Protein g Gizi Total %DV † Tiamina B1 3% mg Riboflavin B2 6% mg Niasin B3 4% mg Asam pantotenat B5 7% mg Vitamin B6 31% mg Folat B9 5% 20 μg Kolina 2% mg Vitamin C 10% mg Mineral Besaran %DV † Zat besi 2% mg Magnesium 8% 27 mg Mangan 13% mg Fosfor 3% 22 mg Kalium 8% 358 mg Natrium 0% 1 mg Seng 2% mg Komponen lainnya Kuantitas Air g Link to USDA Database entry poin untuk porsi nan dapat dimakan Satuan μg = mikrogram • mg = miligram SI = Satuan sejagat †Persen DV bersendikan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa. Sumber USDA FoodData Central Mauz yunior tidak terdaftar kulitnya mengandung 75% air, 23% fruktosa, 1% protein, dan mengandung invalid enak yang bisa diabaikan. 100 gram pisang mengandung 89 kalori, 31% bersumber Angka Asupan Kronik AS nan direkomendasikan, gizi B6, dan vitamin C intern total semenjana, mangan dan serat alas, tanpa nutrien tak bertakaran mikro kerumahtanggaan kandungan yang signifikan tatap tabel. Potasium [sunting sunting sumber] Lamun pisang biasanya dianggap mengandung kas dapur kalium yang asing sah.[19] [20] Kandungan potasium di dalam pisang sebenarnya tak tinggi tiap-tiap jatah makan makanan baku, saja punya 8% bersumber Nilai Asupan Koran AS yang direkomendasikan untuk kalium dianggap ibarat tingkat asupan harian invalid, lihat tabel vitamin, dan peringkat kas dapur kaliumnya di antara biji pelir-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan banyak nafkah lainnya relatif sedang.[21] [22] Sayuran dengan kandungan kalium kian tinggi daripada pisang pencuci mulut mentah 358 mg masing-masing 100 g misalnya bayam mentah 558 mg masing-masing 100 g, ubi benggala panggang tanpa kulit 391 mg per 100 g, kacang masak 539 mg per 100 g, serabut portabella panggang 437 mg per 100 g, dan cepak tomat olahan 413–439 mg tiap-tiap 100 g. Pisang raja yunior mengandung 499 mg kalium per 100 g. Pisang pencuci tuturan tandus atau bubuk pisang mengandung 1491 mg kalium per 100 gramnya.[21] Alergen [sunting sunting sumber] Cucu adam dengan alergi lateks mungkin mengalami reaksi alergi terhadap mauz.[23] Budaya [sunting sunting sumber] Ki gua garba dan masakan [sunting sunting sumber] Buah [sunting sunting sumber] Berdasarkan kaidah mengonsumsi buahnya, mauz dikelompokkan menjadi dua golongan, ialah pisang kenap dan pisang olah. Pisang meja dikonsumsi privat situasi segar sonder melangkahi proses pengolahan, sebagaimana mauz ambon, pisang susu, mauz yang dipertuan, mauz seribu, dan pisang cavendish. Pisang olahan dikonsumsi pasca- melalui proses penggodokan makanan, sebagaimana digoreng, direbus, dibakar, alias dikolak. Pisang yang termasuk kerumahtanggaan golongan pisang olahan adalah mauz kepok, mauz siam, mauz kapas, pisang tanduk, dan pisang uli. Jantung pisang dapat diolah menjadi heterogen dagangan makanan ringan, seperti kue, dan arak. Olahan pisang yang patut populer antara lain keripik pisang Lampung,[24] pisang epe Makassar,[25] sale mauz Bandung, mauz molen Bogor, dan arak Amerika Latin. Mauz mempunyai kandungan gizi lebih tinggi dibandingkan apel.[26] Buah pisang mengandung mineral sama dengan kalium, magnesium, fosfor, besi, dan zat kapur.[27] Pisang pun mengandung nutrisi, merupakan Vitamin C, Vitamin B obsesi, Zat makanan B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran manfaat penggagas. [penis rujukan] Anakan alias dalaman pisang [sunting sunting sumber] Jantung pisang digunakan sebagai sayuran [28] pada masakan Asia Selatan dan Asia Tenggara, baik mentah atau dikukus dengan saus ataupun dimasak intern sup, kari, dan makanan rendang.[29] [30] Rasanya menyerupai articok, baik adegan daging dari daun penaung atau jantung dapat dimakan.[31] Selain itu, buah pisang juga digunakan pada sebagian kawasan di Indonesia sebagai obat luar.[32] Bonggol pisang [sunting sunting mata air] Tonjol mauz merupakan sumber serabut buat jasad. Bonggol pisang bisa diolah menjadi makanan ringan seperti keripik. Serta, dapat diolah menjadi pupuk cair bikin berbagai pohon sama dengan bawang merah.[33] Nilai ekonomi [sunting sunting sumber] Skor ekonomi semenjak budi daya pisang ditinjau berbunga tahun berbuah, masa pertumbuhan, kesuburan lahan, dan perlindungan. Mauz mulai dapat berhasil setelah mencapai usia setahun sehingga pengembalian modal buat budi daya menjadi lebih cepat. Sedangkan, pisang menghasilkan buah dengan besaran yang berlipat sehabis berputik, Pisang dapat menghasilkan biji kemaluan sebanyak tiga ataupun catur kali lipat dari masa berakibat pertamanya. Sementara itu, kesuburan tanah di seputar pisang adv amat cepat memburuk. Mauz harus buruk perut memperoleh pemeliharaan rutin. Biji pelir pisang juga belaka dapat bertahan selama 15 periode setelah panen dan setelahnya akan mengalami pembusukan.[34] Lihat pula [sunting sunting sumber] Dosis ekuivalen mauz Tepung pisang Serbuk pisang Teks [sunting sunting mata air] Catatan kaki [sunting sunting perigi] ^ a b Lubis 2022, hlm. 7. ^ a b Lubis 2022, hlm. 2. ^ a b c d Lubis 2022, hlm. 4. ^ a b Suyanti dan Supriyadi 2008, hlm. 5. ^ Crawfurd, John 2017. Sejarah Kepulauan Nusantara Kajian Budaya, Agama, Garis haluan, Syariat dan Ekonomi. 1. Diterjemahkan maka dari itu Zara, Muhammad Yuanda. Yogyakarta Penerbit Ombak. hlm. 299. ISBN 9786022584698. ^ Sastrahidayat 2022, hlm. 1-2. ^ Sodhiq, Arif 1 Mei 2022. “Sepuluh Negara Pengekspor Pisang Terbesar di Dunia – Hortikultura . Diakses tanggal 2022-02-09 . ^ “Which Country Eats the Most Bananas?”. n domestik bahasa Inggris. Diakses tanggal 2022-02-09 . ^ Ravishankar, Kundapura V; Mohandas, Sukhada, ed. 2016. Banana Genomics and Transgenic Approaches for Genetic Improvement. Springer Singapore. hlm. 15. ISBN 9789811015854. ^ Ernawati, A 2000. “The Micropropagation of Bananas” intern bahasa Inggris. ^ D’mello, Brendan 22 September 2022. “Why Do Bananas Turn Yellow When Ripe?”. Science ABC n domestik bahasa Inggris. Diakses tanggal 2022-02-09 . ^ Arnarson, Atli 7 Mei 2022. “Bananas 101 Nutrition Facts and Health Benefits”. Healthline kerumahtanggaan bahasa Inggris. Diakses tanggal 2022-02-09 . ^ a b Suyanti dan Supriyadi 2008, hlm. 6. ^ Janick, Jules, ed. 2010. Plant Breeding Reviews, Volume 14. Wiley. hlm. 120. ISBN 9780470650066. ^ Sastrahidayat 2022, hlm. 3. ^ Sastrahidayat 2022, hlm. 4. ^ Sastrahidayat 2022, hlm. 4-5. ^ a b Sastrahidayat 2022, hlm. 5. ^ Gordon Edwards 2019. “About radioactive bananas” PDF. Canadian Coalition for Nuclear Responsibility. Diarsipkan dari versi zakiah PDF tanggal May 15, 2022. Diakses copot April 24, 2022. ^ Kraft S August 4, 2022. “Bananas! Eating Healthy Will Cost You; Potassium Alone $380 Per Year”. Medical News Today. Diarsipkan dari versi steril tanggal October 25, 2022. Diakses tanggal October 25, 2022. ^ a b “Ranking of potassium content per 100 grams in common fruits and vegetables”. United States Department of Agriculture, National Nutrient Database for Pan-ji-panji Reference, Release 28. November 2022. Diarsipkan dari versi polos terlepas August 9, 2022. Diakses tanggal May 6, 2022. ^ “What you need to know about potassium”. EatRight Ontario, Dietitians of Canada. 2022. Diarsipkan dari versi polos tanggal May 3, 2022. Diakses tanggal April 24, 2022. ^ Taylor, Erkek, E. 2004. “Latex allergy diagnosis and management”. Dermatologic Therapy. 17 4 289–301. doi PMID 15327474. ^ Madjid, Aziza 13 Oktober 2022. “6 Oleh-oleh Camilan Manis Khas Bandar Lampung”. . Diakses rontok 2022-02-10 . ^ Hubeis, Musa; Haur, W. Kania 2019. Kuliner Suatu Identitas Ketahanan Pangan Unik. PT Penerbit IPB Press. hlm. 33. ISBN 978-602-440-683-7. ^ Picincu, Andra 8 Oktober 2022. “Banana Vs. Apple”. internal bahasa Inggris. Diakses rontok 2022-02-10 . ^ Putman, Jamie 12 Juli 2022. “All About Bananas Nutrition Facts, Health Benefits, Recipes, Risks”. internal bahasa Inggris. Diakses tanggal 2022-02-10 . ^ Solomon, C 1998. Encyclopedia of Asian Food edisi ke-Periplus. Australia New Holland Publishers. ISBN 978-0-85561-688-5. Diarsipkan dari versi kudus terlepas June 3, 2008. Diakses sungkap May 17, 2008. ^ Fried banana flowers Diarsipkan April 5, 2022, di Wayback Machine.. Balu Online December 14, 2009. Retrieved on October 2, 2022. ^ “Very Good Recipes of Banana and Flowers”. privat bahasa Inggris. Diakses rontok 2018-10-06 . ^ Molly Watson. “Banana Flowers”. Diarsipkan dari versi lugu tanggal May 14, 2022. Diakses terlepas May 13, 2022. See also the link on that page for Banana Flower Salad. ^ Nasution, Khairon 2019-09-19. “Efektivitas Permintaan Pupuk Organik Cair Dalaman Pisang Barangan Dan Maslahat Mikroriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tumbuhan Merica Berma Capsicum Annuum L”. Universitas Medan Area. ^ Laia, Yulianus 2018-01. “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tumbuhan Bawang merahAllium ascalonicum L. Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kotoran Mandung dan Pupuk Organik Enceran Tonggong Pisang”. ^ Lubis 2022, hlm. 5-6. Daftar teks [sunting sunting mata air] Lubis, Eva Riyanty 2021. Untung Berlimpah Budi Trik Pisang. Jakarta Penerbit Bhuana Hobatan Terkenal. ISBN 978-623-04-0551-8. Sastrahidayat, Ika Rochdjatun 2015. Penyakit dan Wereng Utama pada Tanaman Pisang. Malang Universitas Brawijaya Press. ISBN 978-602-203-785-9. Suyanti dan Supriyadi, A. 2008. Pisang Fiil Daya, Pengolahan dan Prospek Pasar edisi ke-19. Jakarta Penebar Swadaya. ISBN 979-002-236-0. Pranala luar [sunting sunting sumber] Info kemajemukan genetik Diarsipkan 2009-06-27 di Wayback Machine.
Pisangemas tidak cuma mempunyai manfaat yang nyata buat kesehatan tubuh manusia( secara raga), tampaknya pula bermanfaat buat menciptakan mood yang lebih baik. Posted in Manfaat, Perkebunan, Pertanian Tagged ciri pisang emas asli, efek samping pisang barangan, gambar pohon pisang emas, harga pisang mas 2018,
Jakarta Setiap makhluk umur mempunyai identitasnya masing-masing kurnia membedakan antara satu dengan lainnya. Enggak sahaja cucu adam, hewan bahkan tumbuhan punya cirinya masing-masing. Seperti mana dengan pisang, juga memiliki ciri-ciri tanaman pisang. Pisang merupakan tumbuhan nan boleh hidup di area jenjang maupun rendah. Hal ini menandakan bahwa tak sulit bakal membudidayakan pohon mauz. Selain itu, pohon pisang juga akan berkembang dan bertaruk dengan baik apabila mudah ketularan sinar matahari. 6 Ciri Khusus Kaktus yang Istimewa, Jadi Pohon Rias Unik Ciri Idiosinkratis Tanaman Mangga, Penjelasan, dan Gangguan nan Normal Menyerang Ciri-Ciri Jamur Ascomycota dan Pemanfaatannya dalam Spirit Manusia Pohon pisang terdaftar ke dalam kingdom plantae ataupun tanaman. Pohon pisang juga termasuk dalam Spermatophyta atau kerumunan pohon yang berbiji, walaupun selayaknya pohon pisang tidak berkembang biak dengan biji melainkan semi. Pohon pisang turut ke internal kelas tumbuhan berkeping satu atau monokotil. Selain ciri-ciri pohon pisang tersebut, masih ada ciri-ciri pohon pisang yang khas lainnya. Memang, jika dilihat sekejap semua orang dapat memahaminya. Namun tak semua memahami harapan dan fungsi dari setiap adegan yang dimiliki tanaman mauz. Maka dari itu karena itu, kali ini sudah lalu merangkum pecah beraneka rupa sumber membahas ciri-ciri tumbuhan pisang, Jumat 25/10/2019. * Fakta atau Hoaks? Buat mengetahui kebenaran informasi nan beredar, mari WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 belaka dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Ciri-ciri Pohon Pisang Akar dan Kunarpa Jenazah Pohon Pisang / Sumber Pixabay Akar susu Layaknya pokok kayu lainnya, pisang juga punya ciri-ciri pokok kayu mauz. Pisang yaitu pohon monokotil, sehingga pohon mauz memiliki akar serabut dan tak berakar burit. Akar susu tanaman ini memiliki rona kecokelatan. Umumnya, akar tunggang ini akan tumbuh secara menyamping menghadap parasan kapling. Pertumbuhan akar bergerak dan berkumpul kea rah samping tanaman sepanjang 4-5 meter. Keadaan inilah yang menyebabkan tanaman mauz mudah sekali dicabut. Selain itu, akar tunjang pohon pisang bukan dapat meraih makin pecah dua meter di dasar meres tanah. Batang Pisang merupakan salah satu pohon yang memiliki tinggi suatu sampai tiga meter. Ciri-ciri pohon pisang berbentuk bulat silindris berlapis. Tumbuhan pisang n kepunyaan dua penggalan mayit, yaitu batang asli dan batang palsu atau batang semu. Batang lugu merupakan mayat yang terdapat di asal batang, semuanya sama yang di mana posisinya tenggelam di bawah permukaan tanah. Sedangkan batang semu merupakan kunarpa yang terdiri berpokok berasal pelepah-tangkai daun patera, berdiri, dan merembas sangat kokoh di atas rataan persil. Jenazah pada pohon pisang tidak mempunyai kambium, sehingga buntang sreg pohon pisang lebih lunak daripada batang pohon lainnya seperti mangga. Di bagian pangkal pohon ini ditumuhi semi hijau kerjakan memperbanyak macam tanaman ini. Pada buntang palsunya akan membantu menutupi atau membentuk lapisan mentah lega layon pisang. Bikin warna batang pada pohon pisang yaitu hijau akil balig dengan salutan kecokelatan. Ciri-ciri Pohon Pisang Patera dan Anak uang Dalaman Pisang / Sumur Pixabay Daun Ciri-ciri tanaman pisang selanjutnya adalah adanya daun yang berbentuk bulat agak elips memanjang dan melebar. Pada patera tulang tumbuhan pisang terbentuk pecah pelepah dengan bagian ujung majal dan bagian comberan merata. Tidak hanya batangnya saja yang mengandung air, pelepah patera pisang lagi beromgga dan menggudangkan alat pencernaan air. Warna daun puas pohon pisang adalah hijau tua apabila sudah tua dan berawarna hijau muda apabila masih muda atau baru bertunas. Bunga Tumbuhan pisang punya bunga. Bunganya terwalak di pangkal pokok kayu untuk bunga lebah ratulebah, sementara itu di bagian paruh untuk bunga jantan. . Bunga pada tumbuhan mauz ini sekali lagi normal disebut dengan jantung pisang. Ciri-ciri tumbuhan pisang ini menandakan bahwa pisang yaitu kelompok bersumber anakan nan sempurna. Sebab mempunyai dua alat reproduksi, ialah anakan kosen dan bunga betina. Warnanya merah muda dengan adanya mahkota bercelup kekuning-kaleng dan berserabut lembut dengan rona kehitaman. Ciri-ciri Pokok kayu Pisang Biji kemaluan dan Nutrisinya Ilustrasi Buah Pisang iStockphoto Buah Ragil mulai sejak ciri-ciri pohon pisang adalah babak buahnya. Buah padapohon pisang bukan memiliki biji. Buahnya menuju memiliki rasa nan manis. Namun ada juga beberapa diversifikasi mauz yang memiliki nilai dan rasanya sedikit asam. Jantung pisang nan belum matang berwarna mentah detik belum matang dan berwana kekuningan ketika sudah masak. Biji kemaluan pisang tersusun semenjak sejumlah tersengsam dan satu tandan. Lazimnya suatu sisir diidi dengan empat hingga deka- tergantung varietasnya. Kandungan Nutrisi pada Buah pisang Hampir seluruh bagian mulai sejak pohon pisang memiliki maslahat. Begitu juga dengan jantung pisang nan n kepunyaan kandungan gizi baik untuk memenuhi kebutuhan zat makanan pada orang. Pada jantung pisang terdapat kas dapur zat besi, rabuk, vitamin A, vitamin B6, niacin, dan vitamin B3. Selain itu, cak semau juga sodium, gizi C, potasium, potasium, folat, mangan, vitamin B12, magnesium, karbohidrat, zat putih telur, dan tidak sebagainya. Cara Merawat Pohon Pisang Pohon Pisang / Sumber Pixabay Walaupun pohon pisang mudah dibudidaya, doang ada sejumlah situasi yang perlu diperhatikan sepatutnya pohon mauz dapat bertaruk dengan baik. Kamu teradat memerhatikan wilayah penanaman pohon pisang. Pastikan untuk menanamnya di iklim tropis, baik di dataran tangga atau di dataran rendah dengan mahamulia maksimal di ketinggian meter di atas rataan laut. Perhatikan juga alat angkut tanamnya. Pohon pisang dapat merecup meskipun di tanah nan kurang berada. Namun, pada persil nan baik adalah nan mengandung belet dan sedikit kerikil dan tergarap dengan baik. Hindari mengebumikan di kapling yang tergenang dengan air. Untuk pembibitan pohon pisang, ada dua cara buat mendapatkan pati yang berkualitas. Caranya, yaitu dengan oengambilan bibit dari anak-anak asuh tanaman pisang dan bibit nan berupa recup-tunas pada gambol atau yang lebih dikenal dengan bit. Source Posted by
KamiCV MAJUBERKAH Budidaya dan Tempat Penjualan Bibit Tanaman Buah Pisang Emas Kirana Unggul Super Murah dari berbagai ukuran, Untuk mendapatkan informasi maupun pertanyaan ataupun pemesanan tentang Bibit Tanaman Buah Pisang Emas Kirana Unggul Super Murah segera hubungi kami di 081227779812 / 085742347787,
Pohon pisang emas adalah varietas dari tanaman pisang yang dianggap sebagai salah satu jenis pisang terbaik untuk dimakan. Nama “emas” mengacu pada warna kulitnya yang kuning keemasan ketika matang. Pohon pisang emas biasanya lebih kecil dibandingkan dengan pohon pisang lainnya dan dapat menghasilkan buah yang lebih besar dan lebih lezat. Pohon pisang emas atau biasa disebut dengan Musa ornata adalah salah satu jenis pohon pisang yang populer di kalangan penggemar tanaman hias. Selain menjadi tanaman hias, pohon pisang emas juga memiliki beberapa manfaat Sebagai penghias lingkungan Pohon pisang emas dapat digunakan sebagai penghias lingkungan karena memiliki bentuk yang indah dan daun yang hijau keemasan. Hal ini membuatnya menjadi tanaman yang populer di taman, taman kota, taman rumah, dan halaman rumah. Sebagai tanaman penghasil buah Meskipun tidak seperti pisang jenis lainnya, pohon pisang emas juga dapat menghasilkan buah. Meskipun buahnya tidak sebesar atau sebanyak jenis pisang lain, tetapi buah pisang emas tetap memiliki rasa yang enak dan segar untuk dikonsumsi. Sebagai sumber makanan dan nutrisi Buah pisang emas memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh, seperti vitamin C, vitamin B6, kalium, serat, dan karbohidrat. Buah pisang emas dapat dimakan secara langsung atau diolah menjadi makanan seperti jus, kue, dan lain sebagainya. Sebagai obat tradisional Daun pohon pisang emas memiliki khasiat sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti sakit kepala, demam, sakit perut, dan lain sebagainya. Daun pisang emas juga dapat digunakan untuk mengobati luka atau iritasi pada kulit. Sebagai bahan alami dalam industri kosmetik Pohon pisang emas juga memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kecantikan dan kesehatan kulit, seperti vitamin C dan antioksidan. Oleh karena itu, daun pisang emas sering digunakan sebagai bahan alami dalam produk-produk kosmetik, seperti krim wajah, sabun, dan lotion. Dalam kesimpulannya, pohon pisang emas memiliki beberapa manfaat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sebagai penghias lingkungan, penghasil buah, sumber nutrisi, obat tradisional, hingga bahan alami dalam industri kosmetik. Oleh karena itu, menjadikan pohon pisang emas sebagai tanaman hias dapat memberikan manfaat yang beragam bagi kesehatan dan keindahan lingkungan. Cara budidaya pohon pisang emas Budidaya pohon pisang emas Musa ornata dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut ini adalah beberapa cara budidaya pohon pisang emas Pemilihan tempat yang tepat Pohon pisang emas sebaiknya ditanam di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau setengah terkena sinar matahari dengan media tanah yang gembur, subur, dan kaya akan nutrisi. Selain itu, pastikan juga tempat tersebut terhindar dari angin kencang. Persiapan bibit Bibit pisang emas dapat diperoleh dari rimpang atau umbi, potongan batang, atau dengan biji. Untuk bibit yang berasal dari rimpang atau umbi, sebaiknya ditanam di dalam pot atau polibag terlebih dahulu sampai tumbuh menjadi bibit yang kuat. Sedangkan bibit pisang emas dari biji akan memakan waktu yang lebih lama untuk tumbuh. Penanaman bibit Pohon pisang emas sebaiknya ditanam dengan jarak yang cukup antara satu pohon dengan pohon lainnya, yaitu sekitar 3-5 meter. Pastikan juga lubang tanam sudah dicampur dengan pupuk organik atau pupuk kandang untuk memberikan nutrisi yang cukup pada tanaman. Perawatan Untuk memperoleh hasil yang optimal, pohon pisang emas memerlukan perawatan yang baik. Beberapa cara perawatan yang bisa dilakukan adalah penyiraman secara teratur, pemupukan secara berkala, pemangkasan daun dan ranting yang sudah kering atau rusak, dan perlindungan dari serangan hama dan penyakit. Panen buah Pohon pisang emas memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan buah, yaitu sekitar 9-12 bulan. Buah pisang emas sebaiknya dipanen saat sudah cukup matang agar rasanya lebih enak. Untuk memperoleh hasil yang lebih banyak, sebaiknya lakukan penjarangan buah atau pohon pisang emas yang sudah tua dan tidak produktif. Pemanfaatan Buah pisang emas dapat dimakan secara langsung atau diolah menjadi makanan lain, seperti jus, kue, atau es krim. Daun pisang emas juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembungkus makanan atau sebagai bahan baku dalam industri kosmetik. Dalam kesimpulannya, budidaya pohon pisang emas memerlukan perawatan yang baik untuk memperoleh hasil yang optimal. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain memilih tempat yang tepat, persiapan bibit, penanaman bibit, perawatan, panen buah, dan pemanfaatan buah dan daun. Dengan demikian, pohon pisang emas dapat menjadi salah satu alternatif untuk budidaya tanaman hias dan penghasil buah yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan keindahan lingkungan. Ciri-ciri pohon pisang emas Pohon pisang emas Musa ornata memiliki ciri-ciri khas yang dapat dikenali dengan mudah. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri pohon pisang emas Ukuran dan bentuk Pohon pisang emas memiliki ukuran yang cukup besar dengan ketinggian mencapai 2-4 meter dan lebar 2-3 meter. Batang pohon pisang emas berbentuk silinder dengan diameter mencapai 10-15 cm. Daunnya berbentuk panjang dan lebar dengan tepian daun yang bergelombang. Warna dan motif Ciri khas pohon pisang emas adalah warna kuning emas pada daun, bunga, dan buahnya. Motif pada daun pisang emas juga cukup unik, yaitu garis-garis yang terlihat seperti jaring laba-laba. Bunga Bunga pisang emas tumbuh dari rimpang atau umbi pada bagian dasar pohon. Bunganya berbentuk unik dengan warna kuning emas yang cerah dan bertumpuk pada sebuah tangkai yang panjang. Tampilan bunga pisang emas sangat menarik dan sering digunakan sebagai bahan dalam aransemen bunga. Buah Buah pisang emas berbentuk silinder dan memanjang dengan panjang mencapai 10-15 cm. Kulit buahnya berwarna kuning emas dan dapat dengan mudah dikupas. Daging buahnya berwarna putih dan memiliki biji kecil-kecil yang juga dapat dimakan. Tumbuh subur di dataran rendah Pohon pisang emas dapat tumbuh subur di dataran rendah, khususnya pada daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Tumbuh di dataran rendah membuat pohon ini mudah ditemukan dan dikembangkan oleh petani lokal. Kegunaan Pohon pisang emas sering digunakan sebagai tanaman hias atau sebagai bahan pembungkus makanan karena daunnya yang besar dan kuat. Buah pisang emas juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman, seperti jus, kue, dan es krim karena rasanya yang manis dan segar. Dalam kesimpulannya, pohon pisang emas memiliki ciri-ciri khas yang cukup mudah dikenali, seperti ukuran dan bentuk, warna dan motif, bunga, buah, tumbuh subur di dataran rendah, dan kegunaannya. Dengan karakteristik unik ini, pohon pisang emas dapat menjadi salah satu alternatif untuk budidaya tanaman hias dan penghasil buah yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan keindahan lingkungan.
1kangkung darat = batang kecil ,berwarna putih kehijauan = kemerah merahan/kehijau hijauan dan bunga yg kluar dri ketiak bulat kecil 8.kubis=berbatang pendek dan beruas ruas 9.petsai =berbatang pendek ,seakan akan tdk terlihst 10.sawi = berdaun lonjng,halustdk berbulu,dan tdk berkop.
Klasifikasi Tanaman PisangMorfologi Tanaman Pisang1. Akar2. Batang3. Daun4. Bunga5. Buah6. BijiKesimpulanArtikel Terkait Tahukah anda Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pisang? Semua orang di negara tropis tentunya tidak asing lagi dengan buah berkulit kuning yang bernama pisang ini. Di Indonesia, budidaya tanaman pisang untuk diambil buahnya untuk konsumsi. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pisang Buah dengan rasa manis ini bisa hidup pada daerah dataran tinggi maupun rendah. Tanaman pisang memiliki varietas yang beragam tapi dengan genus yang sama yakni Musa sp. Nah, untuk lebih memahaminya mari simak klasifikasi dan morfologi tanaman pisang berikut ! Kingdom Plantae Subkingdom Tracheobionta Super Divisi Spermatophyta Divisi Magnoliophyta Kelas Liliopsida Subkelas Commelinidae Ordo Zingiberales Famili Musaceae Genus Musa Spesies Musa paradisiaca Morfologi Tanaman Pisang Morfologi tanaman pisang bisa dilihat bagian – bagian tubuhnya seperti 1. Akar Pohon pisang memiliki sistem perakaran serabut karena pisang termasuk sebagai tanaman monokotil. Akar pada pisang berwarna kecokelatan dan biasanya tumbuh menyebar mendekati permukaan tanah. Akar tersebut bisa tumbuh hingga kedalaman 75 – 150 cm. Akar ini bisa tumbuh hingga 5 cm. 2. Batang Batang sejati pada tanaman pisang bagian pangkalnya berupa umbi batang yang tertanam dalam tanah. Selama pertumbuhan, di bagian atas umbi terdapat sebuah titik tumbuh untuk pertumbuhan daun. Inilah yang nantinya akan tersusun rapat dan berlapis – lapis membentuk batang semu yang terlihat berdiri kokoh. Batang semu tersebut muncul dari pelepah daun pisang yang saling menutupi dengan kuat dan kokoh sehingga terlihat seperti batang tumbuhan. Batang semu ini memiliki bentuk silindris dan belapis – lapis. Batang ini tidak berkayu dan tidak berkambium sehingga tekstur batang lebih lunak dan berair. Seiring pertumbuhannya, batang palsu tersebut akan membentuk lapisan baru, sedangkan lapisan lama terdorong keluar dan mengelupas. Warna batang semu ini adalah hijau muda dengan lapisan yang berwarna kecokelatan. Batang pisang bertipe simpodial dengan jaringan meristem di bagian ujung yang memanjang kemudian membentuk bunga. 3. Daun Daun pisang berbentuk memanjang dan lebar dengan pertulangan daun besar yang disebut dengan pelepah. Pelepah pisang mengandung air yang tinggi dan bagian dalamnya berongga. Ujung daun berbentuk tumpul dengan bagian tepi yang rata. Daun pisang pada bagian atas permukaanya mengkilap dan berwarna hijau. Sedangkan pada bagian bawahnya daun pisang tertutup lapisan lilin yang berwarna putih. Pada daun muda berwarna hijau tua sedangkan pada daun muda permukaannya berwarna hijau muda. Pada daun muda yang baru muncul dari titik tumbuh biasanya masih menggulung. 4. Bunga Bunga pada tanaman pisang juga disebut jantung pisang yang memiliki ukuran antara 10 hingga 25 cm. Bunga ini terdiri dari dandan dan dalam satu tandan terdapat beberapa kelompok bunga yang setiap kelompoknya tersusun secara berderet. Bunga pisang ini ditutupi oleh daun pelindung yang berwarna merah keunguan yang permukaannya dilapisi oleh lilin, daun ini disebut dengan bractea. Fungsi bractea adalah untuk melindungi bunga pisang yang memang mudah rontok. Setiap bunga memiliki benang sari berjumlah 5 helai. Sementara pada bunga betina terdapat bakal buah yang bentuknya bersegi. Bunga jantan panjangnya sektar 6 cm dan memiliki benangsari berjumlah 5 helai. 5. Buah Buah pisang merupakan hasil pertumbuhan dari bakal buah. Buah ini tergolong sebagai buah buni yang bentuknya silinder. Biasanya buah pisang tersusun berderet dan disebut dengan sisir. Sisir akan terus tumbuh memanjang membentuk sisir yang selanjutnya. Pada beberapa pemilik pohon pisang, biasanya bagian jantung pisang yang paling bawah dipotong karena sudah tidak bisa membentuk sisir yang berikutnya. Setiap sisir pisang terdapat 10 hingga 16 buah pisang. Saat buah masih mentah, buah memiliki kulit berwarna hijau dan apabila sudah masak warna kulit berubah menjadi kuning. Ketebalan kulit pisang dari masing – masing varietas berbeda – beda misalnya pada pisang ulin memiliki kulit yang sangat tipis jika dibandingkan pisang raja yang kulitnya tebal. Sebuah pisang umumnya memiliki panjang antara 12 hingga 18 cm dengan diameter sekitar 3 cm. Buah pisang yang telah masak rasanya sangat manis dan teksturnya lunak. Saat dikupas, pada daging buah terdapat serat yang menempel. Sementara jika dibelah terdapat biji berwarna hitam. 6. Biji Biji buah pisang tertanam di dalam daging buahnya. Biji tersebut berukuran kecil, berwarna hitam dan bulat. Tidak semua buah pisang memiliki biji, hanya varietas tertentu saja seperti pisang klutuk dan pisang kepok. Kesimpulan Pisang merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Musaceae dengan nama latin Musa paradisiaca. Buah pisang banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis dan enak, tanaman ini dapat hidup di dataran rendah dan juga dataran tinggi. Tanaman pisang memiliki akar jenis serabut, batang semu tanaman pisang berbentuk silindris dan belapis-lapis, daun pisang berbentuk memanjang dan lebar dengan pertulangan daun besar, bunga tanaman pisang disebut juga jantung pisang berwarna merah keunguan, buah pisang tergolong buah buni dengan bentuk silinder, buah pisang biasanya tersusun dan disebut dengan sisir. Demikian ulasan tentang klasifikasi dan morfologi tanaman pisang yang bisa digunakan membantu mengelompokkan tanaman yang termasuk ke dalam pisang – pisangan. Simak artikel lainnya dan jangan lupa tinggalkan pendapat di kolom komentar. Sekian. Baca Juga Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
8zUoYSu. xsy1s7u3a0.pages.dev/436xsy1s7u3a0.pages.dev/417xsy1s7u3a0.pages.dev/258xsy1s7u3a0.pages.dev/308xsy1s7u3a0.pages.dev/490xsy1s7u3a0.pages.dev/389xsy1s7u3a0.pages.dev/92xsy1s7u3a0.pages.dev/360
ciri ciri pohon pisang emas